Tema
Dalam Karya Sastra (Novel) Indonesia
Oleh
Tri Wahyuni
Sastra merupakan suatu karya seni yang
diciptakan pengarang ataupun kelompok masyarakat tertentu yang penyampaiannya
menggunakan media bahasa. Oleh sebab itu, sebuah karya sastra tidak pernah
dapat dilepaskan dari pengarangnya. Setiap pengarang memiliki gagasan sentral
tertentu yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada para pembacanya. Hal
itulah yang menjadi kekuatan penulis dan yang menjadi ciri khas dari setiap
sastrawan yang tidak bisa disamakan.
Sebagaimana
fiksi yang selama ini kita ketahui, bahwa di dalam cerita tersebut kita akan
disuguhkan dengan khayalan-khayalan pengarang. Namun, tidak menutup kemungkinan
jika sebuah fiksi tersebut merupakan sebuah kisah nyata dari sang pengarangnya.
Di situlah sebenarnya berbagai masalah kehidupan manusia baik yang berhubungan
dengan lingkungan, diri sendiri, maupun dengan Tuhan dihadirkan. Dengan
demikian, suatu karya fiksi tidak hanya semata-mata untuk memberiakan hiburan
kepada penbaca, namun dari situlah kita dapat memulai proses belajar kehidupan
yang sudah ditawarkan oleh pengarang.
Tema dalam fiksi
memang bisa menjadi salah satu ciri khas dari tiap-tiap pengarang. Tema
merupakan makna cerita, gagasan sentral,atau dasar cerita. Tema lebih diartikan
sebagai jenis komentar terhadap subjek atau pokok masalah, baik secara
eksplisit maupun implisit. Jadi, dalam tema terkandung sikap pengarang terhadap
subjek atau pokok cerita. Tema dapat disimpulkan sebagai makna yang dilepaskan
oleh suatu cerita yang dapat dipisahkan. Dalam kaitannya dengan pengalaman
pengarang, tema adalah sesuatu yang diciptakan oleh pengarang sehubungan dengan
pengalaman total yang dinyatakannya.
Fiksi
memang selalu menghadirkan sebuah karya berupa novel maupun cerpen. Novel
merupakan karya fiksi yang menghadirkan kisah kehidupan yang diidealkan dan
dibangun melalui unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik. Seiring dengan
perkembangan zaman, novel-novel yang disajikan oleh pengarang-pengarang
Indonesia menghadirkan tema atau gagasan sentral yang beragam. Mulai dari tema
organic, tema sosial, tema egoik, hingga tema divine (ketuhanan). Semua jenis novel ini terbentuk dari tema yang
sudah disajikan oleh setiap pengarang. Oleh sebab itu, di sini saya akan
menyampaikan beberapa jenis novel-novel tadi jika dilihat dari segi tema yang
disuguhkan penulis.
Novel Bertema Sosial
Novel yang termasuk ke dalam novel yang
bertema sosial ialah novel yang tema mayornya menyajikan hal-hal yang berada
diluar masalah pribadi, misalnya masalah politik, pendidikan, dan propaganda. Jenis novel sosial ini merupakan
jenis novel yang memberikan gambaran-gambaran tentang keadaan masyarakat.
Biasanya yang dilukiskan mengenai keburukan-keburukan masyarakat yang
bersangkutan. Novel yang termasuk dalam novel yang
bertema sosial yaitu seperti novel Siti Nurbaya karya Marah Roesli, novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari,
novel Laskar Pelangi karya Andrea
Hirata, novel Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisyahbana, novel Supernova karya Dewi Lestari, dan novel Kambing Jantan karya Raditya Dika.
Sebagaimana novel Ronggeng Dukuh Paruk yang dikarang oleh Ahmad Tohari. Novel ini
menceritakan tentang kebiasaan-kebiasaan buruk dan baik desa Dukuh Paruk. Adat
yang paling menonjol dari cerita ini ialah. Persyaratan untuk menjadi seorang
ronggeng yaitu Srintil (tokoh utama) harus bersedia untuk melaksanakan ritual
buka klambu. Srinti harus mau untuk menyerahkan keprawanannya kepada seorang
laki-laki yang berani membayarnya dengan uang yang tidak sedikit. Begitu juga
dengan novel-novel yang lainnya yang termasuk dalam tema sosial ini. Novel-novel
tersebut menghadirkan di luar masalah pribadi.
Novel Laskar Pelangi berkisah perjuangan hidup kesepuluh anak untuk menghidupkan cita-cita di
antara kehidupan mereka yang berat. Secara garis bersar, novel ini bercerita
kehidupan kanak-kanak beberapa bocah di Belitong.
Novel
Bertema Egoik
Tema egoik merupakan tema yang
menyangkut reaksi-reaksi pribadi yang pada umumnya menentang pengaruh sosial. Novel-novel
yang termasuk dalam kategori tema ini yaitu seperti novel karya Ayu utami yang
berjudul Saman, dan novel karya
Abdoel Moeis yang berjudul Salah Asuhan.
Dalam novel tersebut, pengarang menyajikan beberapa kisah yang memang
tokoh-tokohnya berusaja untuk menentang pengarung-pengaruh sosial yang
biasanya. Novel Saman ini merupakan
novel pertama Ayu Utami yang termasuk dalam novel pembaharuan. Keberaniaannya
untuk menyuguhkan cerita-cerita seksualitas yang selama ini dianggap tabu oleh
kebanyakan masyarakat awam. Begitu juga dengan novel Salah Asuhan, dalam novel tersebut menghadirkan cerita yang para
tokohnya berusaha untuk menentang pengaruh-pengaruh sosial.
Novel Bertema Divine
(Ketuhanan)
Tema ketuhanan merupakan tema yang
berkaitan dengan kondisi dan situasi manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan.
Contoh novel yang termasuk ke dalam novel yang bertema ketuhanan ini misalnya
novel yang berjudul Ayat-Ayat Cinta
karya Habiburrahman
El Shirazy.
Novel ini memang menghadirkan kisah-kisah dari para tokohnya
yang memiliki hubungannya dengan Tuhannya. Novel Habiburahman ini banyak
menyajikan nilai-nilai keislaman yang sangat memberikan pendidikan baik untuk
para pembacanya.
Novel ini sebenarnya menceritakan kisah
cinta Fahri di Cario Mesir, namun penulis membungkusnya dalam koridor islam,
sehingga novel ini masuk dalam kategori novel bertema ketuhanan. Kemenarikan
dari novel ini yaitu penulisnya yang mampu menceritakan betul lekuk cantik Mesir utamanya Cairo.
Novel Bertema Organik (Moral)
Kelompok tema ini mencakup hal hal yang
berhubungan dengan moral manusia yang wujudnya tentang hubungan atar manusia. Novel
yang termasuk dalam tema ini seperti novel Belenggu
karya Armijn
Pane dan novel yang berjudul Harimau-Harimau
karya Mochtar Lubis.
Novel Belenggu yang termasuk karya sastra klasik terbaik pada zamannya.
Novel ini menghadirkan kisah percintaan dalam hubungan rumah tangga antara Tono
dan Tini. Mereka yang tidak bisa saling mengerti satu sama lain, masalah
utamanya sebenarnya hanyalah pada kurangnya komunikasi di antara keduanya.
Hingga akhirnya mereka masing-masing berada pada masalah perselingkuhan. Dari
situlah sebenarnya kita dapat mengambil nilai moral dari kisah kehidupan
mereka. Sedangkan dalam novel Harimau-Harimau
mengandung tema moral tentang mengajarkan kepada para pembaca untuk menentang
kezaliman.
Demikianlah tadi beberapa jenis-jenis
novel berdasarkan tema yang sudah disuguhkan
oleh para sastrawan Indonesia, sehingga sudah tidak ada alasan lagi buat kita
mengapa kita tidak bangga dengan karya-karya negeri kita yang memang luar biasa
ini. Sudah menjadi kewajiban kita untuk terus mengapresiasi dan menjadikannya
sebagai objek untuk memperhalus budi dan memeperkaya spiritual serta hiburan.
Untuk dapat mengerti jenis novel
tersebut, tentunya kita harus membaca dan menguasai isi cerita yang disajikan.
Bukan menjadi pembaca yang baik jika kita selalu memilih-milih bahan bacaan
kita yang hanya kita sukai saja. Akan tetapi, menjadi pembaca yang baik jika
kita selalu menjelajah berbagai jenis karya tulis tanpa terkecuali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar