SIMBOL
ENERGI DALAM KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN
JUNI KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO
Oleh Tri Wahyuni
Abstrak
Penelitian mengenai salah satu kumpulan
puisi karya Sapardi Djoko Damonon ini bertujuan untuk mengetahui adanya suatu
simbol energi. Penelitian ini bersumber dari kumpulan puisi berjudul Hujan Bulan Juni. Dalam puisi tersebut
terdapat sebanyak 102 buah puisi. Dari hasil penelitian, dalam kumpulan puisi Hujan Bulan Juni ditemukan sebanyak 14 macam
simbol energi dengan jumlah sebanyak 202 yang tersebar dalam kumpulan-kumpulan
puisi tersebut. Simbol energi yang dihadirkan oleh pengarang tersebut dimaksudkan
untuk memberikan efek tersendiri yang mampu menghadirkan sebuah makna. Makna
tersebut disampaikan dengan menggunakan suatu ketegori berpredikasi ada,
menempati ruang, bergerak, dan bersifat lembam.
Kata kunci : puisi, simbol,
energi.
A.
Latar
Belakang
Puisi merupakan salah satu jenis karya
sastra yang memiliki suatu kebebasan untuk mengungkapkannya sesuai dengan
kondisi jiwa penulis. Dengan demikian puisi merupakan sebuah karya yang
memiliki sinergi begitu kuat dengan kehidupan pengarangnya. Karena itulah puisi
selalu hadir dan menjadi sesuatu yang penting dalam setiap perkembangan
kehidupan ini. Terlebih untuk setiap pengarangnya, karena puisi merupakan hasil
cipta dari suatu peristiwa yang berarti seperti yang diungkapkan oleh Percy Bys
Shelly bahwa puisi adalah rekaman diri pada saat-saat yang paling baik,
menyenangkan, dari pikiran-pikiran yang paling baik dan menyenangkan.
Setiap karya sastra puisi tidak pernah
lepas dengan sebuah ciri dari pengarang karya tersebut yang mampu menghadirkan
nilai khas tersendiri. Puisi yang mampu menciptakan keunikan, keindahan,
kepentingan, dan mampu memberikan sebuah perbedaan, itulah puisi yang mampu
bertahan. Karena itulah seorang sastrawan-sastrawan selalu memberikan sentuhan
yang berbeda dalam setiap karya yang mereka ciptakan. Pembaharuan juga selalu
dibutuhkan dalam puisi yang mampu mengiringi setiap perubahan cara pandang
dalam dinamika kehidupan ini. karena pada hakekatnya bahwa puisi merupakan
suatu kegiatan intelektual.
Puisi dan simbol merupakan dua hal yang
saling berdampingan, sebagaimana yang diungkapkan oleh Putu Arya Tirtawirya
(1980:9), mengatakan bahwa puisi merupakan ungkapan secara implisit dan samar,
dengan makna yang tersirat, di mana kata-katanya condong pada makna konotatif. Sebagaimana
simbol energi yang begitu menonjol dalam kumpulan puisi yang berjudul Hujan Bulan Juni yang ditulis oleh
Sapardi Djoko Damono. Sebuah simbol yang berpredikasi ada, menempati ruang,
bergerak, dan bersifat lembam. Puisi-puisi tersebut merupakan kempulan dari
sang penulis mulai dari tahun 1959 hingga 1994. Sebuah alasan tersendiri
mengapa puisi-puisi tersebut menjadi satu kesatuan yang utuh dalam sebuah
kumpulan. Dengan demikian, untuk mengungkapkan salah satu simbol yaitu simbol
energi dalam kumpulan puisi tersebut, diharapkan mampu untuk menemukan
pemahaman lebih dalam kumpulan puisi Hujan
Bulan Juni tersebut.
B.
Dasar
Teori
Charles Morris, mengatakan simbol adalah
isyarat/ sign yang dihasilkan oleh seorang penafsir subuah signal dan berlaku
sebagai ganti untuk signal itu, dan dengannya ia bersinonim. Simbol tidak
pernah dapat dipisahkan dari penciptaan puisi oleh seorang penyair. dari
simbol, maka pesan dan kesan yang akan disampaikan oleh penyair dapat
tersampaikan. karena pada hakikatnya puisi merupakan karya bebas sehingga akan
terlahir dalam berbagai macam bentuk, konkret atau pun abstrak. di situlah
simbol akan berperan. Simbol energi dalam ungkapan-ungkapan metaforis oleh
supriyadi, mengungkapkan klasifikasi menurut Halley yang mencakup
sembilan jenis kategori, yakni (a) being,
(b) cosmos, (c) energy, (d) substance, (e) terrestrial, (f) object, (g) living,
(h) animate, dan (i) human. Dalam simbol energi Energy berupa kategori berpredikasi yang tidak saja ada dan menempati ruang, tetapi
juga mempunyai predikasi bergerak dan menggerakan sesuatu, misalnya cahaya,
api, angin, ombak, dan seterusnya. Kategori di bawahnya adalah simbol pada
ruang persepsi kategori substance,
yakni kategori yang selain memiliki predikasi ada, menempati ruang, dan
bergerak, ia juga mempanyai sifat lembam, misalnya air, es, udara, hidrogen,
oksigen, karbondioksida, dan seterusnya.
C.
Hasil
dan Pembahasan Simbol Energi dalam Puisi Sapardi Djoko Damono
Dari hasil penelitian ini terdapat 102
buah puisi hasil karya Sapardi Djoko Damono, dan terdapat 14 simbol energi
dengan jumlah sebanyak 202 yang tersebar dalam dalam kumpulan puisi tersebut.
Deskripsi simbol energi yang terdapat dalam kumpulan puisi Sapardi Djoko Damono
tersebut disajikan dalam tabel 1 di bawah ini.
Tabel
1. Deskripsi Simbol Energi
No
|
Simbol Energi
|
Jumlah Yang Diperoleh
|
Persentase (%)
|
1
|
Hujan
|
52
|
25.75
|
2
|
Matahari
|
36
|
17.82
|
3
|
Angin
|
22
|
10.90
|
4
|
Udara
|
10
|
4.95
|
5
|
Awan
|
5
|
2.47
|
6
|
Cahaya
|
21
|
10.40
|
7
|
Kabut
|
10
|
4.95
|
8
|
Embun
|
1
|
0.50
|
9
|
Bintang
|
7
|
3.45
|
10
|
Gerimis
|
6
|
2.97
|
11
|
Debu
|
6
|
2.97
|
12
|
Air
|
17
|
8.40
|
13
|
Api
|
8
|
3.90
|
14
|
Gas
|
1
|
0.50
|
|
Jumlah
|
202
|
100%
|
Berdasarkan paparan data di atas,
terlihat bahwa simbol energi yang paling banyak digunakan oleh Sapardi adalah
simbol energi hujan yaitu sebanyak 52 buah kata atau sekitar 25.75 % dari
jumlah simbol energi yang ditemukan, yakni sebanyak 202. Selanjutnya yaitu
simbol energi matahari, telah ditemukan sebanyak 36 buah kata atau sekitar
17.82 %, kemudian simbol energi angin sebanyak 22 buah kata atau sekitar 10.90
%. Kemudian adalah simbol energi udara dan kabut yakni sebanyak sepuluh buah
atau sekitar 4.95%, simbol awan yang digunakan sebanyak lima buah atau sekitar 2.47
%, dan simbol cahaya sebanyak 21 buah atau sekitar 10.40 %. Selain itu simbol
yang digunakan lagi adalah simbol bintang sebanyak tujuh buah atau sekitar 3.45
%, simbol energi gerimis dan debu sebanyak enam buah atau sekitar 2.97, simbol
energi air sebanyak 17 buah atau 8.40 %, dan simbol energi api sebanyak delapan
buah atau 3.90 %. Simbol energi yang paling sedikit digunakan adalah simbol
energi embun dan gas, yakni sebanyak satu buah atau sekitar 0.50 %.
a.
Simbol
Energi Hujan
Simbol energi hujan
yang digunakan oleh penyair tersebut dapat melambangkan harapan, ketabahan,
kebijakan, dan kearifan. Adapun simbol energi hujan tersebut dapat ditemukan
pada larik-larik puisi berikut ini
Di luar hujan pun masih
kudengar
(Sajak
Desember. Baik 2, larik 6)
Tentang hal itu? Hujan
pun sudah selesai
(Sehabis
Mengantar Jenazah. Bait 1, larik 2)
Hujan turun sepanjang
jalan
Hujan rinai waktu musim
berdesik-desik pelan
(Hujan
Turun Sepanjang Jalan. Bait 1, larik 1,2)
Hujan pun turun setiap
bumi hampir hangus terbakar
(Sonet:
Hei! Jangan Kaupatahkan!. Bait 2, larik 6)
Ketika hujab tiba.
Kudengar bumi sediakala
(Dalam
Doa: I. Bait 2, larik 6)
Dan serbuk-serbuk hujan
(Pertemuan. Bait 3, larik 9)
Apakah yang kautangkap
dari suara hujan ...
Ia memimpikan hubungan
gaib antara tanah dan hujan,
Pintu memimpikan
ketukan itu, memimpikan sapa pinggir hujan,
(Hujan
dalan Komposisi, 1. Bait 1,2,3, larik 1,4,7)
Apakah yang kita
harapkan dari hujan?
(Hujan
dalam Komposisi, 2. Bait 1, larik 1)
Dan tik-tok jam itu
kita indera kembali akhirnya terpisah dari hujan
(Hujan
dalam Komposisi, 3. Bait 1, larik 1)
“hai, ini sudah jam
berapa?”
“kalau hujan sudah
jatuh nanti”
(Iring-iringan
dibawah Matahari. Bait 8, larik 47)
Jejak-jejak kaki, yang
senantiasa berulang dalam hujan.
Kau pun di beranda,
mendengar dan tak mendengar kepada hujan,
Yang meleleh dalam
senandung hujan,
(Di
beranda Waktu Hujan. Bait 1,3, larik 5, 19, 27)
Adakah hujan sudah reda
sejak lama?
(Cahaya
Bulan Tengah Malam. Bait 1, larik 2)
Rahang-rahang langit
kalau hampir hujan
Hujan mulai jatuh ke
air dan ia memperhatikan
(Catatan
Masa Kecil, 2. Bait 2, larik 14,19)
Nanti hujan yang mengepung kita akan
menidurkan kita
(Sajak,
1. Bait 1, larik 3)
Hujan yang mengenakan
mantel, sepatu panjang, dan payung,
Kau hujann memang suka
seba kelam serba gaib serba suara desah;
(Percakapan
Malam Hujan. Bait 1,2, larik 1,4)
Berlumpur sehabis hujan
– keduanya telah jatuh cinta
(Sepasang
Sepatu Tua. Bait 1, larik 3)
Tunduk sepanjang lorong
itu. Ia ngin pagi itu hujan turun
Menangis lirih saja
sambil berjalan sendiri dalam hujan
(Pada
Suatu Pagi Hari. Bait 1,2, larik 2, 8)
Daun itu dengan
jari-jarinya gemas, “jangan berisik, mengganggu hujan!”
Hujan meludah di ujung
gang lalu menatap angin dengan tajam
(Puisi
Cat Air Untuk Rizki. Bait 2,3, larik 5,6)
Kuhentikan hujan
Dendam yang dihamilkan
hujan
(Kuhentikan
Hujan. Bait 1,2, larik 1,6)
Hujan mengenal baik
pohon, jalan,
Hujan, yang tahu benar
membeda-bedakan, telah jatuh
(Sihir
Hujan. Bait 1,2, larik 1,5)
Dari hujan bulan juni
(Hujan
Bulan Juni. Bait 1,2,3, larik 2, 6, 10)
Awan kepada hujan yang
menjadikannya tiada
(Aku
Ingin. Bait 2, larik 6)
Hujan turun semalaman.
Paginya
(Hujan,
Jalak, dan Daun Jambu. Bait 1, larik 1)
Yang suka menyapa hujan
(Terbangnya
Burung. Bait 1, larik 6)
b. Simbol Energi Matahari
Simbol energi matahari yang digunakan
oleh penyair tersebut dapat melambangkan kematangan, berani, semangat, berani,
kuat, aktif, kokoh, dan sebagainya. Adapun simbol energi matahari tersebut
dapat ditemukan pada larik-larik puisi berikut ini.
kita
tidak berhak tengadah ke matahari
kita
hanya akan menyihir alam: matahari akan menjelma api
kita
tak berhak tengadah kematahari
(Di Pemakaman. Bait 1, larik 4,5,8)
Di atas: matahri kita, matahari
itu juga
(Berjalan di Belakang Jenazah. Bait 2, larik 6)
Di
bawah bunga-bunga menua, matahri yang senja
(Sehabis Mengantar Jenazah. Bait 1, larik 4)
Bagaimana
matahari memulas warna-warni, sambil
(Sonet: Hei! Jangan Kaupatahkan. Bait 3, larik 10)
Hibuk
pelabuhan-pelabuhan; di pelupuknya sepasang matahari
(Pertemuan. Bait 2, larik 7)
Matahari
di depan pintu. Bayang-banyangmu
Sepanjang
matahari, berdesakan bayang-banyang
Di
bawah matahari purba
Iring-iringan
bunga, iring-iringan bangkai: matahari
Dan
matahari; sebelum tikungan
Melihat
arloji, atau menerka letak matahari,
Yang
keriput di bwah matahari, gugup
Tinggal
matahari. Dicucinya angkasa
Tinggal
matahari. Sementara kau menoleh:
Kini
matahari. Kau sepenuhnya sendiri
(Iring-iring di Bawah Matahari. Bait 1..., larik
1...)
Selamat
pagi pertama bagi matahari, tisau bergerak-gerak
(Variasi Pada Suatu Pagi. Bait 3, larik 11)
Kausebut
kenanganmmu nyanyian (dan bukan matahari
Yang
tiba-tiba mengeras di bawah matahari yang basah,
(Di beranda Waktu Hujan. Bait 1,3, larik 1, 26)
Matahari
menggeliat dan kembali gugur
(Kartu Pos Bergambar: Jembatan Golden Gate, San
Fransisco. Bait 1, larik 3)
Matahari
yang di atas kepalamu itu
“ini
matahari! Ini matahri!” --
Matahari
itu? Ia memang di atas sana
(Tentang Matahari. Bait 1, larik 1,9,10)
Waktu
aku berjalan ke barat di waktu pagi matahari mengikutiku dibelakang
Aku
dan matahari tidak bertengkar tetang siapa di antaa kami
(Berjalan ke Barat Waktu Pagi Hari. Bait 1, larik
1,3)
Senantiasa
terbang menembus silau matahari memecah udara
(Telur, 2. Bait 1, larik 3)
Kuhentikan
hujan. Kini matahari
Merindukanku,
Dan
cahaya matahari
Tak
bisa kutolak matahari
(Kuhentikan Hujan. Bait 1, larik 1,5,6)
Ia
pandang sekeliling: matahari yang hilang-timbul di sela goyang
(Di Atas Batu. Bait 1, larik 3)
Matahari
dan warna bunga-bunga
(Angin, 3. Bait 1, larik 6)
Ketika
matahari mengambang tenang di atas kepala, dalam
(Dalam Doaku. Bait 2, larik 5)
c. Simbol Energi Angin
Simbol
energi angin yang digunakan oleh penyair tersebut dapat melambangkan sifat
kreatif yang menghasilkan kualitas yang murni dan suci. Adapun simbol energi angin
tersebut dapat ditemukan pada larik-larik puisi berikut ini.
Angin
berhenti. Aku pun membalasmu selamat pagi
(Dipemakaman. Bait 1, larik 3)
Berjalan
di belakang jenazah angin pun reda
(Berjalan di Belakang Jenazah. Bait 1, larik 1)
Tatkala
angin basah tak ada bermuat debu
(Hujan Turun Sepanjang Jalan. Bait 2, larik 7)
Batang-batang
cemara
Angin
(Ziarah.
Bait 1, larik 27)
Semakin
membara sewaktu berhembus angin
(Dalam Doa: I. Bait 2, larik 8)
Bergegas
naik-turun tangga. Siut angin
Tiba-tiba
angin kemarau
Sebab
kata dipermainkan angin kemarau
(Iring-iring di Bawah Matahari. Bait 1..., larik
4...)
atau
tunggu sampai angin melepaskan selembar daun
(Narcissus. Bait 2, larik 5)
Bunga
terka-menerkam. Langit belum berubah juga. Angin
Menggoda
laut sehabis menggoda bunga tetapi ia bukan angin
Bunga
lalu tersungkur pada angin dan terbawa sampai
(Catatan Masa Kecil, 2. Bait 1,2, larik 6,7,11)
Angin
berbisik kepada daun jatuh yang tersangkut kabel telepon
Kabel
telepon memperingatkan angin yang sedang memungut
Hujan
meludah di ujung gang lalu menatap angin dengan
(Puisi Cat Air Untu Rizki. Bait 1, larik 1,4,5)
dan
angin yang panjang nafasya; aku
(Lirik Untuk Improvisasi Jazz. Bait 1, larik 7)
“Seandainya
aku bukan ...” tapi aku angin
“seandainya
aku ...” tapi aku angin
“seandainya
...” tapi aku angin
(Angin, 3. Bait 1, larik 1,4,7)
Muskil
kepada angin yang mendesau entah dari mana
Magrib
ini dalam doaku kau menjelma angin yang turun sangat
(Dalam Doaku. Bait 2,4, larik 8,13)
d. Simbol Energi Udara
Simbol
energi udara yang digunakan oleh penyair tersebut dapat melambangkan segala
bentuk tentang hidup dan kehidupan yang aktif dan kreatif. Adapun simbol energi
udara tersebut dapat ditemukan pada larik-larik puisi berikut ini.
Kita
saksikan burung-burung lintas di udara
(Kita Saksikan. Bait 1, larik 1)
Bagi
rahim yang terbuka, udara yang jenuh
(Pertemuan. Bait 3, larik 11)
Apakah
yang kita harapkan dari hujan? Mula-mula ia di udara
(Hujan dalam Komposisi, 2. Bait 1, larik 2)
Sinyal-sinyal
kejang, lampu-lampu kuning yang menyusut di udara
(Malam Itu Kami Disana. Bait 3, larik 2)
Yang
pelahan mengedap di udara kau sebut cintamu
(Di Beranda Waktu Hujan. Bait 2, larik 11)
Udara
malam jahat sekali perangainya
(Catatan Masa Kecil, 3. Bait 1, larik 10)
Gelembung
udara adalah kaca adalah ...
(Akuarium. Bait 1, larik 5)
Senantiasa
terbang menembus silau matahari memecah udara
(Telur 2. Bait 1, larik 3)
Ketika
tercium udara subuh dan terdengar ketukan di pintu
(Bunga, 3. Bait 11, larik 2)
“terjulah
Sita,” bentak-Mu
“agar
udara, air, api, dan tanah kembali murni
(Sita Sihir. Bait 2, larik 14)
e. Simbol Energi Awan
Simbol energi awan yang digunakan oleh
penyair tersebut melambangkan subuah sifat yang memberikan kesuburan atau
membawakan pesan, dan memiliki sifat perantara antara yang forml dan yang
nonformal. Adapun simbol energi awan tersebut dapat ditemukan pada larik-larik
puisi berikut ini.
Kita
saksikan awan-awan kecil di langit utara
(Kita Saksikan. Bait 1, larik 2)
Siapa
meretas di awan lalu
(Sonet:x. Bait 1, larik 2)
Tidak
ada celah awan, tidak di sela-sela sayap malaikat
(Tiga Lembar Kartu Pos. Bait 1, larik 4)
Awan
kepada hujan tang menjadikannya tiada
(Aku Ingin. Bait 2, larik 6)
f. Simbol Energi Cahaya
Simbol
energi cahaya yang digunakan oleh penyair tersebut melambangkan perwujudan,
spirit, moralitas, keunggulan, kebaikan, dan intelektual. Adapun simbol energi cahaya
tersebut dapat ditemukan pada larik-larik puisi berikut ini.
Kemudian
gambar-gambar yang kabur dalam cahaya
(Pada Suatu Malam. Bait 1, larik 6)
Kupandang
ke sana: Isyarat-isyarat dalam cahaya
(Dalam Doa: I. Bait 1, larik 1)
Terjebak
juga bayang-bayang Cahaya
(Dalam Doa: III. Bait 2, larik 7)
Cahaya
bagai kabut, kabut cahaya; di langit
Bulu-bulu
cahaya: betapa parah
(Ketika Jari-jari Bunga Terbuka. Bait 1,3, larik
4,10)
Cahaya
yang lain, siapakan?
(Sajak Perkawinan. Bait 1, larik 1)
Cahaya
ini, memantul di keranda, memericik...
Cahaya
menyilaukan itu (yang selalu terucap
Hanya
cahaya gilang-gemilang
Sebab
mata berkedip di cahaya silau
(Iring-iringan di Bawah Matahari. /2/, /4/, /6/)
Cahaya
bertebaran dai sekitarmu
(Cahaya Bertebaran. Bait 1, larik 1)
Dan
cahaya (yang membasuhmu pertama-tama)
Bernyanyi
bagi capung, kupu-kupu, dan bunga; cahaya
(Variasi Pada Suatu Pagi. bait 2, larik 5,6)
Aku
terjaga di kursi ketika cahay bulan jatuh di wajahku dari genting kaca
(Cahaya Bulan Tengah Malam. Bait 1, larik 1)
Dan
cahaya matahari
(Kuhentikan Hujan. Bait 1, larik 7)
Sia-sia
menyampaikan padaku tentang perselisihan antara cahaya
(Angin,3. Bait 2, larik 5)
Setiap
pagi meloncat dari cahaya ke cahaya di sela-sela
(Cara Membunuh Burung. Bait 1, larik 5)
Menerima
cahaya pertama, yang melengkung hening karena
(Dalam Doaku. Bait 1, larik, 3)
g. Simbol Energi Kabut
Simbol
energi kabut yang digunakan oleh penyair tersebut melambangkan sebuah
rintangan, halangan, dan cobaan yang harus dihadapi. Adapun simbol energi kabut
tersebut dapat ditemukan pada larik-larik puisi berikut ini.
Cahaya
bagai kabut, kabut cahaya; di langit
(Ketika Jari-jari Buanga Terbuka. Bait 1, larik 4)
(Malam
berkabut seketika); barangkali menjemputku
(Kupandang Kelam Yang Merapat ke Sisi Kita. bait 1,
larik 3)
Sebermula
adalah kabut; dan dalam kabut
(Variasi Pada Suatu Pagi. Bait 1, larik 1)
Kabut
yang likat dan kabut yang pupur
(Kartu Pos Bergambar. Bait 1, larik 1)
Mendadak
kau mengabut dalam kamar, mncari-cari dalam cermin;
(Cermin,2. Bait 1, larik 1)
Merindukanku,
mengangkat kabut bagi pelahan –
(Kuhentikan Hujan. Bait 1, larik 1)
h. Simbol Energi Embun
Simbol
energi embun yang digunakan oleh penyair tersebut melambangkan kesegaran,
kecantikan, keindahan alami, harapan. Adapun simbol energi embun tersebut dapat
ditemukan pada larik-larik puisi berikut ini.
Yang
menaruh embun di daun
(Terbangnya Burung. Bait 1, larik 8)
i.
Simbol
Energi Bintang
Simbol
energi bintang yang digunakan oleh penyair tersebut melambangkan harapan, nasib
baik, keabadian, dan semangat. Adapun simbol energi bintang tersebut dapat
ditemukan pada larik-larik puisi berikut ini.
Barangkali
bintang-bintang masih berkedip buatku, pikirnya.
(Pada Suatu Malam. Bait 8)
Lalu
menatap bintang-bintang seraya bertanya-tanya apa
(Catatan Masa Kecil,3. Bait 1, larik 2)
Suratmu
dulu itu entah dimana, tidak di antara bintang-bintang
(Tiga Lembar Kartu Pos. Bait 1, larik 3)
Telah
bermantel sianr bintang-bintang
(Lirik Untuk Improvisasi Jazz. Bait 1, larik 6)
j.
Simbol
Energi Gerimis
Simbol
energi gerimis yang digunakan oleh penyair tersebut melambangkan kerinduan,
harapan, dan kebersamaan. Adapun simbol energi gerimis tersebut dapat ditemukan
pada larik-larik puisi berikut ini.
waktu
dingin, sepi grimis tiba-tiba
(Gerimis Kecil di Jalan Jakata, Malang. Bait 1,
larik 2)
Lekat
dan grimis pada tiang-tiang jembatan
(Kartu Pos Bergambar. Bait 1, larik 2)
Jangan
pejamkan matamu; aku ingin tinggal di hutan yang gerimis-
Aku
akan berhambur dalam grimis dalam seru butir air dalam
(Lirik Untuk Lagu Pop. Bait 1, larik 1,8)
Mengibas-ibaskan
bulunya dalam gerimis, yang hinggap di
(Dalam Doaku. Bait 3, larik 10)
k. Simbol Energi Debu
Simbol
energi debu yang digunakan oleh penyair tersebut melambangkan sebuah
penghalang, rintangan, hambatan dan sejenisnya. Adapun simbol energi debu
tersebut dapat ditemukan pada larik-larik puisi berikut ini.
Pada
debu, cinta yang tinggal berupa
(Sementara Kita Saling Berbisik. Bait 1, larik 3)
Tatkala
angin basah tak ada bermut debu
(Hujan Turun Sepanjang Jalan. Bait 2, larik 7)
Debu
dan sobekan-sobekan kertas
Yang
sejak dulu menyisir debu, sobekan-sobekan
(Iring-iringan di Bawah Matahari /3/, /4/)
Yang
menerbitkan debu jalanan, yang menajamkan
Membersihkan
debu, yang bernyanyi di halaman
(Di Beranda Waktu Hujan. Bait 1,2, larik 2,13)
l.
Simbol
Energi Air
Simbol
energi air yang digunakan oleh penyair tersebut dapat melambangkan segala
bentuk kehidupan yang jantan, kreatin, dan aktif. Adapun simbol energi air
tersebut dapat ditemukan pada larik-larik puisi berikut ini.
Perempuan
mengirim air matanya
(Pertemuan. Bait 1, larik 1)
Kau
tangkap dari bau tanah, dari ricik air yang turun di selokan?
Memimpikan
bisik yang membersit dari titik air menggelincir dari
(Hujan dalam Komposisi,1. Bait 1, larik 3,8)
Cemaskah
aku kalau nanti air bening kembali?
(Narcissus. Bait 2, larik 7)
Yang
pertama kali. Mereka bilang sumur mati itu tak pernah keluar airnya
(Catatan Masa Kecil,1. Bait 1, larik 8)
Hujan
mulai jatuh ke air dan ia memperhatikan
Tiba-tiba
mengepunya dan melemparkannya ke air
(Catatan Masa Kecil,2. Bait 2, larik 19,21)
“Aku
adalah air”, teriakmu. “Adalah ganggang adalah lumut adalah gelembung udara
adalah kaca adalah ...”
(Akuarium. Bait 1, larik 5)
Mengapung
di permukaan air beningyang mengalir tenang --
(Sehabis Suara Gemuruh. Bait 1, larik 3)
Bercakap.
Kalau kebetulan di bawahnya air dari gunung
Muara
itu, di sana-sini timbul pusaran air, dan tepi-tepi
(Muara. Bait 1,2, larik 2,9)
Pandangmu
adalah seru butir air tergelincir dari duri
Aku
akan berhamburan dalam gerimis dalam seru butir air dalam
(Lirik Untuk Lagu Pop. Bait 1,3, larik 2,8)
Ia
gerak-gerakan kaki-kakinya di air sehingga memercik ke sana-kemari
( Di Atas Batu. Bait 1, larik 2)
Agar
udara, air, api, dan tanah,
(Sita Sihir. Bait 2, larik 14)
I
hidup dari mata air
Dan
mata air, dengan tulus
(Maut. Bait 1,2, larik 2,11)
m. Simbol Energi Api
Simbol
energi api yang digunakan oleh penyair tersebut melambangkan sebuah kemarahan,
keberanian, dan menantang. Adapun simbol energi api tersebut dapat ditemukan
pada larik-larik puisi berikut ini.
memadamkan
bekas-bekas telapak kaki, menyekap sisa-sisa unggun api
(Sementara Kita Saling Berbisik. Bait 2, larik 7)
Orang
itu membuat api di tanah lapang agar terbakar
(Kepada I Gusti Ngurah Bagus. Bait 1, larik 9)
Dan
ia membayangkan hutan terbakar dan setengah api ...
(Bunga,1. Bait 2, larik 13)
Kayu
kepada api yang menjadikannya abu
(Aku Ingin. Bait 3, larik 3)
Memahami
api yang tak hendak surut
(Sajak-Sajak Empat Seuntai. Bait 3, larik 12)
Langit
yang tak luntur dinding-birunya; dan di bawah : api
“agar
udara, air, api, dan tanah, kembali murni.”
(Sita Sihir. Bait 1, larik 10,14)
n. Simbol Energi Gas
Simbol
energi gas yang digunakan oleh penyair tersebut melambangkan sebuah kekuatan,
energi dan sejenisnya. Adapun simbol energi gas tersebut dapat ditemukan pada
larik-larik puisi berikut ini.
Matahari
yang di atas kepalamu itu
adalah
balonan gas yang terlepas dari tanganmu
(Tentang Matahari. Bait 1, larik 2)
SIMPULAN
Berbagai bentuk simbol, terlebih untuk
simbol energi tidak dapat dipisahkan dari puisi-puisi sang penciptanya.
Terbukti bahwa dari 102 puisi yang terdapat dalam kumpulan puisi “Hujan Bulan Juni” oleh Sapardi Djoko
Damono, terdapat sebanyak 14 jenis simbol energi yang tersebar dalam seluruh
puisi tersebut. Simbol-simbol energi tersebut terurai lagi menjadi 202 dalam
berbagai jenis simbol tersebut. Dari hasil analisis yang dilakukan terlihat
bahwa penyair ini lebih dominan menggunakan simbol energi “Hujan” yaitu sebanyak 25,75 % dari simbol-simbol energi yang lain.